Senin, 31 Agustus 2015

"Gue sayang sama lo Dir"

Semenjak mengenal Dira, Bintang merasa semangat nya kembali ..
Tapi ketika mendengar gadis itu harus melewati masa kritis dalam koma nya dirumah sakit, Bintang merasa ada yang hilang ..
2 hari selama Dira tidak sekolah, Bintang berjalan sendirian menuju sekolah .. Dan setiap keluar rumah, Bintang selalu menyempatkan diri untuk hanya sekedar menoleh kearah rumah Dira yang terlihat kosong tak ada kehidupan.
Bintang tau, pasti ayah dan kakak Dira tidak berada dirumah sedangkan keluarga mereka harus memperjuangkan hidup dan mati nya dirumah sakit.
"Bagaimana keadaan Dira? Aku rindu .."
Bintang merenung dalam hati, saat istirahat sekolah.

Bintang sempat menengok Dira dihari pertama Dira menginap dirumah sakit ..
Dia mendapat kabar dari kedua sahabat Dira yang sebenar nya juga memanfaatkan kesempatan agar bisa mengobrol dan bertatap muka dengan Bintang.
Tapi Bintang tak mempedulikan pandangan kedua sahabat Dira yang kental sekali menunjukkan "Lo ganteng banget".
Yang dia pedulikan dan dia pikirkan hanya, Dira.
Bintang kalang kabut setelah mendapat kabar itu .. Sampai akhir nya dia memutuskan untuk pergi menjenguk Dira ..

Saat pulang sekolah masih dalam balutan seragam putih abu-abu nya Bintang pergi ke toko buah di dekat rumah dan membeli buket bunga kecil untuk Dira, berharap Dira mengerti apa yang dia rasakan. Bintang hanya ingin Dira kembali sehat dan Bintang bisa menatap wajah nya ..
Bintang terus memacu sepeda motor nya menuju rumah sakit dimana Dira dirawat ..
"Pasien yang nama nya Dira dimana yaa sus?"
tanya Bintang dengan wajah khas nya yang dingin, pada resepsionis rumah sakit.
"Di ICU mas" jawab si resepsionis.
Bintang terbelalak mendengar kata "ICU", separah apa keadaan Dira sampai harus dijenguk diruangan semacam itu??
"Dari sini mas naik aja kelantai 3, abis itu keluar lift belok kiri yaa mas"
Kata-kata itu memecah lamunan Bintang.
Dengan langkah gontai Bintang melangkahkan kaki nya yang terasa susah untuk digerakkan.
Dia berjalan menuju lift rumah sakit dengan pandangan menerawang, seperti mayat yang berjalan.

Tombol hijau bertuliskan "3" menyala disertai bunyi yang menyadarkan Bintang dari kegontaian hati nya. Masih dengan ragu dia langkahkan kaki menuju ruangan yang disebutkan tadi ..
Ruangan yang membuat Bintang merasakan sakit yang amat sangat dan kembali memikirkan sesuatu.
Wangi obat-obatan khas rumah sakit semakin tercium kental ketika Bintang sudah berdiri didepan pintu bertuliskan "ICU".
Butuh jiwa yang kuat bagi Bintang untuk masuk keruangan ini ..
Bintang menyentuh ganggang pintu ruang ICU untuk membuka nya .. Dan dia melihat ada 2 orang laki-laki yang duduk terdiam diruang tunggu ICU, dan tatapan mereka menuju kearah Bintang.
"Sore om .. Saya Bintang temen nya Dira" Bintang mengulurkan tangan nya.
Yang hanya dibalas dengan senyuman oleh ayah Dira yang terlihat sangat tertekan, karna wajah nya sangat kusam. Bintang pun menarik kembali tangan nya .. Dan melempar senyum pada Kak Dimas.
"Gue Dimas, kakak nya Dira .. Makasih lo udah mau care sama adek gue dengan dateng kesini" Kak Dimas menyentuh pundak Bintang. Bintang hanya tersenyum pahit ..
"Kenapa Dira bisa sampe masuk diruangan ini Bang?" tanya Bintang.
"Sistem kekebalan tubuh dia melemah karna AIDS nya .. Cairan di otak nya juga ga bisa diajak kompromi" jawab Kak Dimas singkat.
"Lo, mau masuk?" tawar Kak Dimas. Bintang hanya mengangguk.
Kak Dimas mengambil baju tipis berwarna hijau sebelum masuk keruang perawatan ICU, dan memberikan nya pada Bintang ..

Pintu ruang perawatan ICU dibuka oleh Kak Dimas .. Bintang mengikuti di belakang nya ..
Bintang benar-benar ciut kalau sudah berada di ruangan ini ..
Tanpa disadari air mata Bintang meleleh saat dia melihat gadis kesayangan nya terbaring dan tenggelam dalam sunyi nya ruangan itu, hanya terdengar suara monitor jantung yang terhubung ke tubuh nya.
Bintang meletakkan buket dan buah bawaan nya di samping ranjang Dira ..
Dan tangan Bintang mulai menyentuh lembut pipi Dira .. Tak peduli Kak Dimas melihat nya, Bintang terus menggenggam tangan Dira, mengelus wajah nya, dan menangis disamping Dira.
"Kenapa lo begini Dir? Ayoo bangun .. Temenin gue berangkat sekolah .."
tangis Bintang semakin menjadi ..
"Kenapa lo menyentuh kelemahan guee?"
Tak ada jawaban .. Hanya tangis Bintang dan suara monitor jantung yang terdengar ..
"Lo sayang sama adek gue?" tanya Kak Dimas dengan yakin.
Membuat Bintang melihat wajah Kak Dimas yang sedang memperhatikan tangan Bintang diatas kepala Dira ..
Dan Bintang kembali diam sambil memperhatikan wajah Dira .. Sampai akhir nya Bintang mengangguk ..
"Dira punya cowok-cowok yang care di hidup nya" Kak Dimas tersenyum.
"Kita berdoa sama-sama biar dia sembuh .. Dan gue minta tolong sayangi dia dengan tulus, gue ga mau adek gue ga bahagia dalam sakit nya"
Kata-kata Kak Dimas menguatkan hati Bintang untuk ..
Menjaga Dira setiap hari ..
Dan menguatkan juga bahwa Dira adalah cahaya yang menyinari seorang Bintang.
"Gue sayang sama lo Dir"
Bintang mencium tangan Dira dan Kak Dimas tersenyum pahit ..

Kamis, 13 Agustus 2015

Aku Mau Bintang

Aku membuka mataku perlahan ..
Kulihat sekelilingku dipenuhi tembok berwarna biru, warna yang sangat menentramkan ..
Kuangkat tanganku .. Dan kulihat jarum menancap disana ..
Ahh rumah sakit lagi, penyakit ini pasti yang membawaku jadi seperti ini ..
Kulihat disisi kiri ada ayah yang sedang lelap tertidur di sofa dan ada Kak Dimas yang tertidur dalam duduk nya dengan kepala diatas kasur putih halus ini ..
Dan disisi kanan kasur rumah sakit ini ada meja yang dipenuhi bunga serta buah.
Siapa yang menyiapkan barang sebanyak itu, pikirku.
Sudah berapa lama aku disini?
Untuk apa Kak Dimas dan ayah membeli bunga?
Kenapa mereka berlebihan sekali?
Tapi sudahlah ..

Aku mengangkat kepalaku ..
Butuh tenaga yang kuat untuk menahan rasa sakit nya ..
Sakit nya membuat pandanganku kembali buram, dan akhir nya aku mengurungkan niat untuk menggerakkan kepalaku.

Tiba-tiba ganggang pintu kamar bergerak, lalu pintu terbuka, dan terlihatlah sepasang orang yang mengenakan baju putih bersih ..
Yang perempuan mengecek cairan infusku yang tergantung ..
Sedangkan yang laki-laki, aku mengenal nya ..
Dokter Gilang nama nya ..
Dan dia menanyakan keadaanku dalam ramah diri nya.
"Alhamdulillah kamu sudah sadar Dira, dan kamu bisa melewati masa kritis"
Dokter itu menjelaskan dengan senyum yang amat lembut. Tapi aku pikir, aku hanya kambuh seperti biasa .. Kenapa dokter bilang aku bisa melewati masa kritis?
"Memang nya Dira kenapa dok?" tanyaku heran.
Tiba-tiba Kak Dimas terbangun ..
"Kamu udah sadar Dir? Alhamdulillah" Kak Dimas menyentuh lembut pipiku.
Aku hanya tersenyum .. Dan pandangan introgasiku masih ku kembalikan ke Dokter Gilang. Aku masih penasaran apa yang terjadi dengan diriku ..
Seakan Dokter Gilang paham, dia berkata ..
"Kamu koma selama 2 hari, tapi sudahlah lebik baik kamu harus banyak istirahat dan berhenti memikirkan apa yang seharus nya tidak kamu pikirkan" jawab nya memberi saran.
Tatapanku kosong mendengar jawaban nya ..
Aku koma 2 hari?
Kemana Bintang? Apakah dia mencariku?
Apakah dia khawatir denganku?
Hatiku mulai bergejolak ..
Dan apakah Bintang merindukanku?

Setelah itu aku tersadar, banyak pandangan yang memandangku khawatir ..
Bahkan ternyata ayah sudah memberi sinar nya dikamar ini.
Akhir nya aku hanya mengangguk menanggapi nya ..
Dan pandanganku kembali kosong ..
"Obat nya jangan lupa diminum yaa Dira, makanan nya juga .. Harus makan yang teratur yaa .." suara itu tak membuatku mengisi pandanganku kembali.
Lalu samar ku dengar Dokter Gilang dan Kak Dimas berbicara dan dilanjutkan dengan suara pintu yang terbuka ..
"Diraaa? Maafin ayah yaa" suara ayah memecahkan pandanganku.
"Ayahh! Dimana Bintang?" aku mulai histeris.
Kak Dimas yang kaget langsung berusaha menenangkanku ..
"Kak .. Dimana Bintang?" rengekku pada Kak Dimas.
"Kamu tenang dulu sayang, jangan mikirin orang lain dulu, pikirin kesehatan kamu dulu Dira"
Kak Dimas dan ayah masih berusaha menenangkan ..
Sedangkan air mataku mulai tumpah, tak dapat kubendung lagi ..
Aku memegang kepalaku, meremas jilbabku, karna sakit itu menyerang lagi ..
"Akuu mau Bintangggg!!!!" kataku dalam tangis yang mulai menjadi.
Ayah memelukku erat dan Kak Dimas mengelus kepalaku lembut. Tangisku semakin menjadi dan sakit di kepalaku semakin tak bisa kompromi ..

Aku tau, aku belum merumuskan rasa ini adalah sesuatu yang mengendap di belakangku ..
Aku juga tak peduli Kak Dimas dan ayah mengerti perasaanku atau tidak ..
Tapi yang pasti aku merasakan ..
Kerinduan pada Bintang ..
Dan aku ingin dia ada disini ..
Disampingku ..

Cahaya Dalam Gelap

Malam gelap yang kutunggu pun tiba ..
Cahaya yang kunanti mulai terasa ..
Bintang diatas sana kembali bersinar ..
Aku selalu bahagia melihat sinar nya ..
Dan bintang dihatiku juga perlahan mulai menunjukkan sinar nya ..

Malam ini aku kembali duduk disini sendirian, di balkon kamarku ..
Aku selalu suka memandang bintang dilangit dari balkon kamarku ..
Sebenar nya hari ini aku merasa tidak enak badan, entah karna apa. Tapi bintang dilangit bisa menghilangkan segala gundah yang ada.

Sedangkan bintang di hatiku, selalu memberikanku ketenangan jiwa dan kesenangan batin. Mungkin aku sudah bisa merasakan nyaman jika diriku sedang bersama nya ..
Aku dan Bintang menjadi teman yang cukup dekat saat ini, bahkan semakin dekat ..
Pergi atau pulang sekolah dia selalu menghampiriku dan mengajakku berjalan bersama.
Tanpa terasa, senyum ini timbul di bibirku ..
Aku membayangkan wajah Bintang yang sekarang sering sekali aku lihat, bahkan senyum itu kental kurasa keluar dari dalam jiwa nya.
Dan Bintang kini selalu ada dalam benakku, tak pernah lepas ..
Tapi aku belum berani merumuskan, bahwa ini adalah sesuatu yang datang mengendap-edap tanpa kita sadari .. Singkat saja, cinta.
Ahh, tapi tak ada salah nya aku menjaga semua nya agar dapat tumbuh cahaya yang semakin benderang pada jiwa Bintang ..

Aku masih sibuk pada pandangan yang menuju bintang dilangit ..
Dan pikiran yang masi melayang pada Bintang di hatiku ..
Sampai tiba-tiba ..
"AYAHHHHH!!!!! Sampai kapan YAHHH!!! Ayah selalu bisa mengambil hati aku dan Dira, tapi di belakang kita ayah masih aja .."
Astagfirullahaladzim .. Kental kudengar suara itu .. Dan aku tau apa penyebab nya .. Pasti ayah mabuk lagi.
Aku merasakan takut, dan selalu merasa takut jika mendengar suatu pertengkaran. Bahkan walaupun itu bukan pertengkaran yang ada dalam keluargaku.

Suara Kak Dimas masih sangat kental kurasa memarahi ayah, aku semakin sesak ..
Dan tubuhku melemas .. Aku merasakan jiwaku terhempas dalam lautan setelah aku berusaha terbang menuju bintang dilangit ..
Pandanganku mulai buram, kepalaku mulai pusing ..
"Kaaaak, Dim .. Dim .. Dimasssss" sakit itu membuatku terbata-bata.
Tanganku memegang dada kiriku yang kini membuatku sangat, sangat sesak. Pandangaku mulai gelap, pusing di kepalaku semakin menjadi .. Tapi samar kudengar ada suara kaki yang berlari di tangga rumahku. Sampai akhir nya ada yang menghampiriku ..
"Diraa .. Kamu kenapa nakk? Bangun Diraaa! Maafin ayah nakk! Bangun nak"
Aku masih mendengar suara itu dalam gelap nya mata ini, dan aku mendengar isakan tangis seorang laki-laki di belakang nya ..
Tanpa sadar aku berteriak dan tanganku menyentuh kepalaku sendiri .. Sakit ini benar-benar menusuk hingga ulu hatiku merasakan sakit nya ..
Sampai akhir nya, aku tak mendengar apa-apa lagi ..

Selasa, 11 Agustus 2015

Cahaya Menyinari Bintang

Aku memutar kursi rodaku keluar dari halaman rumah dan berjalan menuju sekolah ..
Dan percaya atau tidak ..
Bintang berdiri ditempat itu dan menoleh kearah rumahku .. Lagi ..
Kali ini aku melihat samar-samar senyum di bibir nya dari kejauhan ..
Wajahku merah padam karna perasaan sangat senang melihat seorang Bintang bersinar di depan sana .. Dengan senyuman yang sangat menyilaukan mata siapa pun yang melihat nya ..
Dan Bintang mulai menghampiriku ..
"Pagi Dir .. Gue bareng lo lagi yaa?" suara Bintang lembut, tidak dingin seperti biasa nya.
Aku sulit bernafas karna kaget melihat perubahan Bintang padaku pagi ini .. Dan tanpa ku sadari pandanganku tak lepas dari wajah Bintang ..
Dan lagi .. Senyum dari bibir Bintang dapat kulihat jelas dan kali ini sangat kental, tak lagi samar ..
Dia berjalan ke belakangku, menyentuh ganggang kursiku .. Dan mulai berjalan menelusuri rumah-rumah tetangga kami menuju sekolah.
Aku menoleh ke belakang .. Melihat tangan putih nan kekar dikursiku ..
Dan kulihat ayah tersenyum dari sela-sela tangan Bintang ..

Saat sampai di sekolah ..
"Pagi neng Dira, jadi bareng Bintang mulu neng" goda Pak Joni.
"Pagi Pak Joni" jawab Bintang singkat, sambil tersenyum lebar.
Sedangkan aku hanya melemparkan senyum terbaikku.

Kursi rodaku berhenti tepat di depan kelasku .. Bintang menoleh ke dalam kelasku, dan melempar senyum pada Ria dan Ros. Lagi-lagi kedua sahabatku itu terpana melihat nya ..
Sampai akhir nya Bintang menyentuh pundakku dan beranjak ke kelas nya ..
"Diraaaaaaaaa, dia ganteng bangetttt!!!" kata Ros sambil mengguncang tubuhku.
"Sering-sering berangkat sama dia yaaa, biar kita sering ketemu diaaaa"
Kata Ria, sambil tersenyum-senyum sendiri ..

Jam istirahat aku selalu bersantai di koridor sekolah, tepat disamping taman sekolah. Ini tempat favoritku untuk membaca atau menulis setiap aku berada di sekolah. Sampai tiba-tiba ..
Ada uluran tangan dengan roti dan sekotak obat diujung genggaman nya .. Aku terpaku melihat ini ..
"Gue tau lo belum makan .. Dan ini gue punya vitamin .. Semoga aja bisa mempan sama tubuh lo dan bisa mengurangi penyakit lo berkembang dengan cepat"
Aku kenal suara ini, dan aku kenal tangan putih ini ..
Bintang ..
Aku mengangkat kepalaku dan benar saja .. Bintang yang ada di hadapanku dan Bintang yang memperhatikanku sampai memberiku vitamin ..
"Makasih yaa Bintang" jawabku singkat, masih dalam kaget yang tak ada penjelasan.
Bintang meletakkan vitamin dan roti nya diatas pangkuanku. Lalu duduk dikursi yang ada disamping kursi rodaku.
"Kenapa kamu bisa ngasih ini ke aku?" tanyaku heran.
"Gak perlu alasan .. Gue cuma mau bantu lo" jawab Bintang, kembali dalam dingin.
Aku memperhatikan wajah nya, lalu ke roti dan vitamin pemberian nya, karna kebingunganku, begitu seterus nya ..
Sampai Bintang kembali berdiri dan berkata ..
"Jangan lupa dimakan roti nya, obat nya jangan lupa diminum .. Pulang sekolah kita bareng lagi" sambil beranjak pergi.
Aku masih terheran dalam senyuman ragu-raguku ..
Ada apa dengan Bintang? Aku harus senang kah?
Ku tatap roti dan vitamin pemberian nya ..
Dan kembali tersenyum ..

Pulang sekolah pun tiba ..
Bintang menghampiri kelasku ..
Tapi kali ini Ria dan Ros sudah pamit pulang duluan, jadi tidak ada lagi adegan terpana di mata mereka ..
Bintang hanya menyunggingkan senyum tanpa bicara, dan langsung menghampiri kursi rodaku, menyentuh ganggang nya dan mendorong kursi rodaku kembali pulang ..
"Kenapa kamu mau pulang dan pergi sekolah sama aku akhir-akhir ini?" tanyaku heran.
"Aku hanya butuh teman" jawab Bintang lembut.
Aku tersenyum mendengar jawaban Bintang ..
Sudah kubilang .. Orang yang dingin seperti Bintang, hanya butuh teman dan perhatian yang lebih dari sekitar nya.

Akhir nya, aku dan Bintang tiba di depan rumahku .. Aku menyentuh roda kursiku, bermaksud ingin melanjutkan perjalanan masuk kerumah.
"Diraa .." suara Bintang menghentikan gerakan ku memutar roda.
"Yaa?" Aku menoleh dan memutar kursi rodaku menghadap Bintang.
"Ada cahaya yang mulai menyinari ruang gelap dalam diri seorang Bintang"
Perkataan Bintang membuatku terbelalak ..
Sejenak aku tak bisa mendengar suara motor atau mobil yang berlalu lalang .. Yang ada hanyalah gemericik air yang mengalir di selokan dan suara burung yang bersiul ..
Bintang melemparkan senyum yang paling tenang dan tampan nya padaku ..
Lalu beranjak pulang kerumah nya ..
Dan aku masih tersenyum dalam merah padam nya wajahku ..

Aku memutar kursi rodaku menghadap rumah, dan kulihat ayah tersenyum dibalik jendela rumahku ..
Aku membalas senyuman nya dengan senyuman lebar yang tak bisa lagi kutahan ..
Aku memutar roda kursiku, sambil tersenyum. Karna bayang-bayang Bintang tak bisa lepas dalam benakku ..
Dan perkataan Bintang ..
"Ada cahaya yang mulai menyinari ruang gelap dalam diri seorang Bintang"
Kuharap senyumku hari ini tidak berakhir begitu saja ..

Senin, 10 Agustus 2015

What Happen With You?

"Haii .. Pagi sayang .. Ayo kita sarapan bareng nak .." Ayah nampak bahagia.
Aku memutar roda kursiku menuju meja makan .. Kak Dimas terlihat sedang menikmati makanan nya, dari tadi dia hanya tersenyum padaku .. Tapi seperti nya keluarga ini sedang baik-baik saja. Aku langsung menikmati sarapanku, sambil memperhatikan kedua laki-laki yang sangat menyayangiku ini.
"Yah .. Dimas duluan yaa, hari ini ada ujian dan materi nya ada yang nyangkut di temen Dimas, jadi Dimas harus metik itu" Kak Dimas cengengesan, sambil menggaruk kepala.
"Bilang aja kakak gak punya buku nya dan kakak mau minjem" godaku.
Ayah tersenyum sambil menikmati roti buatan Kak Dimas ..
"Yeee, anak ini .. Batu banget .. hmmm" Kak Dimas mengelitik pinggangku.
"Aduuhh kak, geliiii .. Udah dong, sana ke kampus, kata nya ujian"
"Okeee, aku berangkat dulu yaa .. Kak Dimas sayang Dira .." sambil mengacak jilbabku.
"Kak Dimasssss .. Grrrr" Aku mulai geram karna jilbabku acak-acakan.
Kak Dimas hanya tersenyum meledek, menggapai tas nya lalu menggendong nya, dan pamit pada ayah, serta mencium tangan ayah.
"Assalamualaikum .." teriak Kak Dimas sambil setengah berlari menuju pintu rumah.
"Waalaikumsalam .. Hati-hati Dimas!" teriak ayah, disambut suara motor Kak Dimas.
"Diraa, ayoo berangkat .."
"Ayah duluan aja deh, masih 5 menit lagi .." Aku cengengesan.
"Yaudah kalo gitu ayah kerja duluan yaa .. Nanti kamu hati-hati dan belajar yang bener, okee?" Ayah mencium keningku.
Aku mengangguk dan tersenyum ..
"Assalamualaikum .."
"Waalaikumsalam .. Hati-hati yah"
Lalu ayah melesat pergi dengan motor nya ..
Aku membereskan meja makan .. Lalu meraih tas sekolahku, dan pergi ke sekolah .. Semua pintu aku kunci, dan ku letakkan kunci nya disela-sela bawah pintu, agar nanti ketika ayah atau Kak Dimas pulang duluan mereka bisa masuk.

Aku melanjutkan perjalananku menuju sekolah .. Tapi tunggu ..
Ada seseorang yang melihat kearah rumahku .. Itu Bintang ..
Yaaa! Itu Bintang .. dengan baju seragam sekolah kami.
Tanpa sadar senyum tersungging di bibirku ..

Aku memutar roda kursiku, menuju jalan dimana Bintang berada .. Sampai akhir nya ..
"Gue bareng .." kata Bintang sambil menuju belakang kursi rodaku.
Aku bingung, kenapa tiba-tiba Bintang menunggu aku di depan rumah nya, dan tiba-tiba ingin berangkat sekolah bersamaku .. Tapi senyumku tak dapat lagi ku bendung .. Mukaku mulai merah padam, dan aku sangat senang ..
Bintang mulai mendorong kursi rodaku menuju sekolah, dengan wajah dingin nya, dan tanpa suara. Aku tetap menikmati udara pagi dalam diamku dan Bintang ..
Sampai akhir nya gerbang sekolah sudah kami lewati .. Bintang mengantarku sampai depan kelas nya.
"Udah sampe, gue duluan yaaa" Bintang berjalan masuk ke kelas nya.
Aku tersenyum dan melanjutkan perjalanan menuju kelasku ..

Bel pulang sekolah berbunyi ..
Murid-murid mulai bubar serentak, ada yang berlarian ada yang berjalan santai, ada pula yang berteriak-teriak layak nya orang yang dibebaskan dari sangkar emas yang menyiksa ..

Seperti biasa .. Aku berjalan bersama Ros dan Ria sambil berbincang, hingga memperlihatkan barisan gigi kami bertiga .. Karna jika kami bersama, tidak pernah tidak ada tawa dan canda .. Sampai tiba-tiba Bintang menghampiri kami ..
"Dir .. Balik bareng" kata Bintang selalu dengan ciri khas nya yang dingin.
Ria dan Ros malah terpana dengan wajah Bintang, sedangkan aku malah bingung dengan Bintang.
"Riaa? Ros?? Kalian kenapa? Hehh!!" Aku menggoyangkan pundak mereka.
"Sorii, gue boleh balik bareng Dira?" Bintang meminta ijin pada Ros dan Ria.
"Ohh boleh bolehh .." jawab mereka semangat, sambil menyunggingkan senyum lebar.
Bintang meraih ganggang kursiku, melemparkan senyum pada Ria dan Ros yang masih terpana .. Dan mendorong nya menuju gerbang sekolah.

Kami masih terdiam di perjalanan menuju rumah, Bintang mendorong kursi rodaku pelan sekali dan seperti nya dia membawaku memutar jalan, agar agak lama sampai dirumah .. Sampai akhir nya Bintang memulai perbincangan ..
"Lo kenapa bisa cacat?" pertanyaan nya membuatku kaget.
Tapi mungkin dia memang ingin tau, tak ada salah nya aku bercerita ..
"Aku sakit pembengkakan sel di otak yang bikin jantung dan kaki aku lemah sampai lumpuh, dan AIDS memperparah semua nya .."
Tapi Bintang nampak tetap dingin .. Padahal aku butuh jiwa yang kuat menceritakan nya, karna takut dia akan kaget dan menjauh ..
"Kok bisa AIDS?" Bintang bertanya lagi dan tetap dalam suara dingin nya.
"Bunda aku .. Dia juga sakit AIDS, dan menurun ke aku .."
Tiba-tiba kursi rodaku berhenti .. Aku menoleh kearah Bintang berdiri ..
Pandangan Bintang seperti nya kosong dan seperti ada sesuatu ..
"Bintang? Kamu kenapa?"
Suaraku memecah lamunan nya, dan Bintang menoleh kearahku dengan pandangan tak percaya ..
Aku semakin bingung ..
"Gue gapapa .." suara Bintang terdengar aneh.
Tapi dia melanjutkan mendorong kursi rodaku ..
"Bintang .. Kenapa sih kamu selalu dingin sama semua orang?"
Kursi rodaku kembali terhenti .. Tapi tidak lama .. Bintang melanjutkan perjalanan lagi, karna rumah kami sudah terlihat ..
Dan tak ada jawaban dari pertanyaanku ..
Aku mulai takut kalau aku salah bertanya pada Bintang ..
Sampai akhir nya kursi rodaku terhenti di depan rumahku ..
"Makasih Dir, udah mau pergi dan pulang bareng gue" Bintang menyentuh pundakku.
Aku kaget dan menoleh kearah tangan Bintang ..
"Hati-hati dirumah .. Gue balik dulu .." lalu dia melesat pulang menuju rumah nya.
Aku masih diam terpaku memperhatikan punggung laki-laki yang sangat dingin, tapi nampak nya dia adalah seorang yang penyayang ..
Dan rasa penasaranku semakin menjadi ..

Minggu, 09 Agustus 2015

Cinta Bintang??

Aku berjalan sendirian menuju ke sekolah .. Tiba-tiba aku terjatuh karna kelalaianku tidak memperhatikan batu besar yang mengahalangi jalanan. Akibat nya aku terjatuh dari kursi rodaku ..
Aku berusaha bangkit dan meraih kursi rodaku yang juga tertelungkup, tapi tidak bisa, ku coba lagi, dan lagi tetap tidak bisa. Baju seragamku menjadi agak kotor. Aku menengok ke kiri dan kanan .. Kufikir akan ada seorang 2 orang mungkin yang bisa kumintai tolong. Tapi apa daya, saat ini jalanan masih sepi dari pengguna jalan. Tapi ketika aku menengok ke arah belakang, ternyata ada sepasang kaki laki-laki berdiri di belakangku.
"Pinter banget si lu? Ngapain coba disitu?" suara dingin itu sangat aku kenal.
Aku mengangkat kepalaku .. Dan kulihat Bintang, ada di depanku. Lalu aku menengok kearah kursi rodaku yang tertelungkup, berharap Bintang mengerti bahwa aku seperti ini karna kecelakaan. Bintang berdecis .. Dan muka dingin nya tidak pernah hilang ..
Tapi Bintang langsung membenarkan posisi kursi rodaku dan mendorong nya kearah dimana aku terduduk dijalanan. Dan Bintang pun membantuku berdiri untuk kembali duduk di kursi rodaku, tanpa sepatah katapun. Aku heran dengan perlakuan Bintang pagi ini, aku memperhatikan tangan yang menyentuh pundakku, yang merengkuhku agar aku bisa kembali duduk di kursi rodaku. Muka Bintang tetap saja dingin, dingin sekali .. Tapi Bintang tetap membantuku membersihkan tas. Aku terheran-heran memperhatikan muka Bintang.
"Nih .." Bintang menyodorkan tasku, sambil berjalan ke belakangku.
"Maa .. Eeehhh" tiba-tiba kursi rodaku bergerak. Padahal mau berterima kasih.
Aku menengok ke belakang, ternyata Bintang yang mendorong kursi rodaku. Tangan nya yang putih memegang ganggang untuk mendorong di kursi rodaku. Aku benar-benar bingung dengan sikap Bintang yang seperti ini ..
"Gak usah didorong Bintang .. Aku bisa sendiri, kamu jalan disamping aku aja"
Aku meminta Bintang berhenti membantuku, karna aku tidak mau merepotkan .. Tapi tak ada jawaban dari Bintang sedikitpun, aku merasa seperti di dorong oleh mayat hidup, Bintang dingin sekali .. Tapi kursi rodaku tetap berjalan diarahkan oleh Bintang sampai ke sekolah ..
"Neng Dira tumben sama Nak Bintang?" Pak Joni menggodaku. Aku hanya tersenyum.
Bintang masih mendorong kursi rodaku hingga depan kelas nya ..
"Gue anter sampe sini aja .. Gue duluan" Bintang bersuara. Aku menengok ..
Tapi Bintang sudah berjalan masuk ke kelas nya ..
"Aku kan belum bilang makasih"
"Siapa emang yang udah nolongin kamu?" suara Ros memecah perhatianku.
Ternyata Ria dan Ros ada di belakangku dan ikut melihat-lihat kearah kelas Bintang.
"Udah yukk, masuk kelas" Ria langsung mendorong kursi rodaku, menuju kelas.
Sesampai nya dikelas ..
"Kamu suka sama Bintang ya Dir?" tanya Ros dengan nada sok intelegen.
"Hah? Kenapa nanya begitu? Engga kok" Aku mengelak.
"Tadi kita liat kamu loh didorong sama dia sampe depan kelas nya" sambung Ria.
Aku tertegun ..
"Seragam kamu kenapa kotor?" Ria memasang wajah curiga.
"Tadi aku jatuh, aku ga liat kalo ada batu besar dijalan itu, dan ternyata aku jatuh di depan rumah Bintang, jadi dia yang nolong aku"
Tapi Ria dan Ros masih memandang muka curiga dan penasaran ..
"Aku sama Bintang cuma tetangga, emang salah kalo tiba-tiba ketemu disaat yang tepat? Aku kan gak bisa berdiri" Aku memasang wajah yang uring-uringan di depan mereka.
"Yauda kita percaya kok sama Dira" kata Ria sambil mengedipkan mata kearah Ros.
"Emang kenapa sih?" kini gantian aku yang penasaran.
Ria dan Ros memasang muka centil ..
"Yaaa gak lucu aja Dir, kalo kita sama-sama suka sama 1 cowok" kata Ros centil.
Aku tertegun, seperti merasa sakit .. Menelan ludah pun tidak bisa. Aku kaget mendengar nya ..
"Diraa? Baik-baik aja kan?" Ria melambai-lambaikan tangan nya di depan wajahku.
"Gak, aku gapapa" Aku berusaha tersenyum.
Ria dan Ros masih memasang muka centil .. Seperti nya mereka benar-benar berfikir bahwa aku tidak merasakan apa-apa. Padahal, aku cukup kaget mendengar perkataan mereka ..
"Kalo kita sama-sama suka sama 1 cowok"
Kata-kata itu masi terngiang ..

Ternyata sahabat-sahabatku suka dengan Bintang .. Lalu bagaimana dengan aku?
Aku tidak pernah merumuskan bahwa aku suka .. Atau aku .. Cinta dan sebagai nya ..
Tapi kenapa ketika mendengar sahabatku bilang kalau mereka suka dengan Bintang, aku merasakan sakit yang cukup menyesakkan?
Apakah aku memang suka dengan Bintang?
Atau inikah CINTA?

Sabtu, 08 Agustus 2015

Apakah Bintang?

Pagi menjelang ..
Aku bersiap berangkat sekolah ..
"Dira .. Roti sama susu nya jangan lupa dimakan yaa .. Kak Dimas sayang Dira, kakak duluan yaa .. Ooh iya tadi ayah buru-buru berangkat kerja, jadi gak sempet pamit akhir nya minta kakak yang sampein ke kamu, maap yaa sayang"
Aku hanya tersenyum, sambil merapikan jilbab yang agak acak-acakan karna tangan Kak Dimas tadi. Kak Dimas memang suka sekali mengacak jilbabku, karna dia suka menyentuh lembut kepalaku, suatu hal yang paling aku sukai.

Kak Dimas pun berlari menggendong tas nya menuju motor kesayangan nya, aku hanya memandang nya penuh cinta dan bersyukur punya kakak yang baik. Aku pun mengambil roti yang sudah Kak Dimas siapkan di meja makan dan aku pun menikmati nya, begitu juga dengan sarapan susu kesukaanku. Tiba-tiba pandanganku terhenti pada foto keluargaku, ada senyum menenangkan dari bibir bunda, ada senyum bijaksana dari wajah ayah, ada senyum kasih Kak Dimas, dan ada tawa riangku. Aku sangat bahagia punya keluarga seperti ini, walaupun keadaan sekarang sudah berubah ..
Tanpaku sadari, air mata membuat pandanganku buram ..
"Diraaaa .. Kakak berangkat ngampus dulu yaaaa!! Kamu hati-hati dijalan!! Assalamualaikum" teriak Kak Dimas, menandingi suara motor nya.
Membuatku terkejut dan bergegas mengusap air mata yang ternyata sudah meluap.
"Waalaikumsalam, hati-hati kak" teriakku dari dapur.
Baiklah, aku harus bergegas pergi ke sekolah karna jam sudah mulai merembet menuju pukul setengah 7. Ku putar roda kursiku menuju kursi druang tamu dan ku ambil tas sekolahku. Lalu ku kunci semua pintu rumah dan berangkat ke sekolah. Jarak dari rumahku ke sekolah tidak begitu jauh, karna itulah aku bisa berangkat sendiri tanpa merepotkan ayah ataupun Kak Dimas.

Setiap aku ingin berangkat sekolah aku selalu melewati rumah kosong yang kini sudah ditempati oleh Bintang. Rumah nya kosong .. Tapi aku merasa Bintang tidak akan mungkin sudah berangkat ke sekolah sepagi ini. Tapi sudahlah, aku melanjutkan perjalananku menuju sekolah dan memutar roda kursiku.

Tapi aku merasa ada yang mengikutiku setelah aku melewati rumah Bintang. Siapa yang mengikutiku?
Perasaanku mulai tidak enak, aku memutar cepat roda kursiku .. Tiba-tiba ..
PRAAANGGGGGGGG!!!!!
Ada kaleng menggelinding di belakangku, seperti ada yang tidak sengaja menendang nya. Tapi disana tidak ada siapapun, yang hanya mobil dan motor yang diam, hmmm dan daun-daun bercampur debu berkeliaran. Ada yang aneh .. Siapa yang mengikutiku?

Dan sekarang aku merasa ada yang memperhatikan .. Aku mulai takut.
Aku pun mempercepat putaran kursi rodaku, tapi seperti nya gerak gerik orang yang mengikutiku pun menjadi semakin cepat. Aku semakin takut dan mulai panik ..
Sesekali aku menengok ke belakang, memperhatikan apakah ada yang mengikutiku ..
Dan ternyata ..
Tidak! Tidak ada siapa-siapa!
Aku mulai menenangkan diri, dan berusaha berfikir ini hanya perasaanku saja. Walaupun seperti nya orang yang mengikutiku ini memang ada dan bukan makhluk aneh nan menakutkan.
Tapi sudahlah .. Gerbang sekolah sudah menungguku dan terlihat diujung jalan.
Aku pun memutar roda kursiku, sampai akhir nya sampai di sekolah.
"Pagi Diraaa! Akhir nya sampe juga .. Ayo kita masuk kelas bareng"
Aku berpas-pasan dengan Ria, dan dia membantuku mendorong kursi roda menuju kelas sambil berbincang mengenai tugas kami.

Ketika kami berbincang .. Aku tersadar saat melihat Bintang sedang berjalan menuju kelas.
Aku menoleh kearah gerbang sekolah .. Tapi kosong, hanya ada Pak Joni, satpam sekolah.
Aku berfikir perbincanganku dengan Ria belum terlalu lama dan panjang, itu berarti Bintang tiba di sekolah tidak lama setelah aku juga sampai di sekolah ..

Apakah Bintang yang mengikutiku?